SUKSES menyematkan nama Dr Ir Soekarno untuk nama jalan lingkar timur, Pemerintah Kota Surabaya tengah mengajukan nama Drs Mohammad Hatta untuk nama jalan di bagian barat kota tersebut. Menurut Walikota Surabaya Tri Rismaharini, saat ini pihaknya tengah memroses penyiapan nama jalan lingkar barat Surabaya dengan nama Drs Mohammad Hatta. Nama jalan diperkirakan bisa diselesaikan pada tahun ini.
IBU telah memberikan pangestu kepadaku ketika aku baru berumur beberapa tahun. Di pagi itu ia sudah bangun sebelum matahari terbit dan duduk di dalam gelap di beranda rumah kami yang kecil, tiada bergerak. Ia tidak berbuat apa-apa, ia tidak berkata apa-‐apa, hanya memandang arah ke Timur dan dengan sabar menantikan hari akan siang. Akupun bangun dan mendekatinya. Diulurkannya kedua belah tangannya dan meraih badanku yang kecil ke dalam pelukannya. Sambil mendekapkan tubuhku ke dadanya, ia memelukku dengan tenang. Kemudian ia berbicara dengan suara lunak, "Engkau sedang memandangi fajar, nak." Ibu katakan kepadamu, kelak engkau akan menjadi orang yang mulia, engkau akan menjadi pemimpin dari rakyat kita, karena ibu melahirkanmu jam setengah enam pagi di saat fajar mulai menyingsing.
Alasan Menulis Bab ini …
CARA yang paling mudah untuk melukiskan tentang diri Sukarno ialah dengan menamakannya seorang yang maha pencinta. Ia mencintai negerinya, ia mencintai rakyatnya, ia mencintai wanita, ia mencintai seni dan melebihi daripada segala‐galanya ia cinta kepada dirinya sendiri. Sukarno adalah seorang manusia perasaan. Seorang pengagum. Ia menarik napas panjang apabila menyaksikan pemandangan yang indah. Jiwanya bergetar memandangi matahari terbenam di Indonesia. Ia menangis dikala menyanyikan lagu spirituil orang negro. Orang mengatakan bahwa Presiden Republik Indonesia terlalu banyak memiliki darah seorang seniman. “Akan tetapi aku bersyukur kepada Yang Maha Pencipta, karena aku dilahirkan dengan perasaan halus dan darah seni. Kalau tidak demikian, bagaimana aku bisa menjadi Pemimpin Besar Revolusi, sebagairnana 105 juta rakyat menyebutku? Kalau tidak demikian, bagairnana aku bisa memimpin bangsaku untuk merebut kembali kemerdekaan dan hak asasinya, setelah tiga setengah abad dibawah penjajahan Belanda? Kalau tidak demikian bagaimana aku bisa mengobarkan suatu revolusi di tahun 1945 dan menciptakan suatu Negara Indonesia yang bersatu, yang terdiri dari pulau Jawa, Bali, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Maluku dan bagian lain dari Hindia Belanda? Irama suatu revolusi adalah menjebol dan membangun. Pembangunan menghendaki jiwa seorang arsitek. Dan di dalam jiwa arsitek terdapatlah unsur-unsur perasaan dan jiwa seni.
Beruntunglah, sejak tahun 2007 sudah dilakukan edisi revisi atas terjemahan buku: Soekarno, An Autobiography as told to Cindy Adams. Buku ini pernah diterjemahkan oleh militer pada tahun 1966, dengan Kata Pengantar oleh Jenderal Soeharto, Panglima Komando Penertiban dan Pemulihan Keamanan (Pangkopkamtib), sebuah jabatan yang sangat berkuasa saat itu.
Predikat Surabaya sebagai Kota Pahlawan dalam tentunya tidak terlepas dari peristiwa pertempuran sengit 10 November 1945 untuk kesungguhan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Bahkan sebelum tahun 1945 banyak tokoh nasional yang lahir dan besar di Surabaya dan memiliki kontribusi besar terhadap pendirian republik Indonesia. Sudah selayaknya Kota Surabaya menunjukkan karakter sebagai Kota Pahlawan.
Kami (Soekarno Institut) memiliki pendapat yang berbeda dengan keputusan anggota DPRD Surabaya tentang nama Jl. Soekarno Hatta. Menurut pandangan hemat kami,
Pengadilan Belanda Kabulkan Gugatan Korban Rawagede
Pengadilan Den Haag, Rabu, 14 September 2011 mengabulkan tuntutan ganti rugi sembilan orang janda korban pembantaian di Desa Rawagede, Karawang, pada tanggal 9 Desember 1947. Seperti dilaporkan Radio Netherland Siaran Indonesia, pengadilan menolak alasan pihak Kerajaan Belanda yang menyatakan bahwa kasus Rawagede telah kadaluarsa. Namun, catatan diberikan oleh pihak pengadilan yakni hak pengganti kerugian hanya diperuntukan keluarga korban langsung dari pembantaian itu. Sebelumnya, keluarga korban pembantaian Rawagede mengajukan gugatan kepada pemerintah Belanda.
Video Dokumenter lain yang mengenai kejadian di Rawagede :
Karawang: Pembantaian terhadap 431 orang di desa Rawagede Karawang Jawa Barat oleh tentara Belanda pada 9 Desember 1947 menyisakan kisah memilukan. Bukan saja karena pemerintah Belanda tidak mengakui sebagai kejahatan perang, tetapi juga tragedi ini hampir terlupakan. Untunglah, ada saksi sejarah satu-satunya yang masih hidup dan masih berjuang menuntut haknya. Dia adalah Pak Saih, salah seorang korban yang berhasil menyelamatkan diri, meskipun tertembus peluru. Berikut ini adalah sebagian dari kisahnya.
Tragedi Pembantaian Rawagede (1) :
http://www.wartatv.com/index.php?view=video&id;=1682:tragedi-pembantaian-rawagede-1&option;=com_jomtube&Itemid;=105
Tragedi Pembantaian Rawagede (2) :
http://www.wartatv.com/index.php?view=video&id;=1683:tragedi-pembantaian-rawagede-2&option;=com_jomtube&Itemid;=105
Tragedi Pembantaian Rawagede (3) :
http://www.wartatv.com/index.php?view=video&id;=1684:tragedi-pembantaian-rawagede-3&option;=com_jomtube&Itemid;=105
Haji Oemar Said Tjokroaminoto Terlahir di Bukur, Madiun pada tanggal 16 Agustus 1883. Meninggal di Yogyakarta pada tanggal 17 Desember 1934.
Pahlawan pergerakan kebangsaan. 1902, tamat OSVIA (Sekolah Pangreh Praja) di Magelang. Pindah ke Surabaya, dan masuk Sarekat Dagang Islam (SDI).